"Tulisan Sahabat" via Sawali in Google Reader

Revitalisasi Nilai Sumpah Pemuda » Catatan Sawali Tuhusetya

Thursday, October 28, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA

READ MORE - Revitalisasi Nilai Sumpah Pemuda » Catatan Sawali Tuhusetya

Nigeria Pulang Kandang Lebih Awal?

Friday, June 18, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA

Yunani meraih kemenangan pertamanya di Piala Dunia. Nigeria berpotensi tersingkir.Yunani mengalahkan Nigeria 2-1 dalam laga kedua di Grup B, yang membuat Otto Rehhagel boleh berharap mencetak sejarah dengan membawa timnya lolos ke babak kedua. Nigeria tak berdaya menghadapi Yunani dengan sepuluh pemain, setelah Sani Kaita diganjar kartu merah menit ke-33.

Dimitrios Salpingidis menjadi pemain Yunani pertama yang mencetak gol di Piala Dunia. Gol dibuat ketika laga babak kedua memasuki menit ke-44. Sedangkan gol kedua tim dari negeri para dewa dibuat Vasilis Torosidis menit ke-71.

Nigeria seolah begitu perkasa ketika tembakan bebas Kulu Uche mengecoh semua orang di kotak penalti, termasuk penjaga wanga Yunani, dan menjadi gol menit ke-16.

Yunani bermain seperti ketika mereka meraih gelar Euro 2008, atau sepanjang kualifikasi Piala Dunia 2010. Lini belakang mereka lebih kuat, dengan seluruh pemain bergerak naik menyerang dan turun bertahan dengan cepat.

Tidak terlihat lagi kelelahan akibat usia tua seperti ketika dikalahkan Korsel dua gol tanpa balas. Namun, kehilangan konsentrasi dalam 20 menit pertama harus dibayar Yunani dengan kebobolan lebih dulu menit ke-16.

Namun gol itu tidak membuat Yunani panik. Karagounis mengkoordinir serangan dengan memanfaatkan lebar lapangan. Perlahan tapi pasti, mereka bisa menekan pertahanan Nigeria.

Mereka seolah bermain untuk balas dendam. Nigeria adalah salah satu tim yang mengalahkannya di Piala Dunia 1994, dengan dua gol tanpa balas.

Sampai menit ke-30 kedua tim saling serang. Yakubu Aiyegbeni, Peter Odemwingie, dan Kulu Uche, terus berupaya menambah gol. Yunani berupaya menyamakan kedudukan.

Situasi menjadi terbalik setelah Keita diganjar kartu merah menit ke-33. Keita mengangkat kaki, dan mengarahkannya ke lutut Torosidis. Wasit langsung mengganjarnya dengan kartu merah.

Nigeria limbung, dan mulai kerepotan menahan serangan Yunani.

Upaya keras Yunani membuahkan hasil. Menit ke-44, Salpingidis melepas tembakan keras dari kotak penalti. Bola menerapa kaki Lukman Haruna, dan masuk ke gawang Enyeama.

Di babak kedua, Yunani tampil dengan penuh percaya diri. Mereka menyerang dari semua posisi, melepas umpan ke kotak penalti untuk menciptakan kemelut. Akibatnya Enyeama jatuh-bangun mementahkan banyak tembakan pemain Yunani.

Menit ke-71, Enyeama melakukan kesalahan serius. Ia gagal menamgkap tembakan datar pemain Yunani, bola mental dari tangannya dan dimanfaatkan Torosidis memanfaatkannya menjadi gol.

Nigeria memiliki sejumlah peluang menyamakan kedudukan, tapi gagal dimanfaakan Yakubu, dan berkat penampilan gemilang. Enyeama juga beberapa kali melakukan penyelamatan gemilang, sampai akhirnya wasit meniup peluit akhir laga.

Pada laga ini, Yunani memperkenalkan pemain mudanyaya, Sotiris Ninis, yang menggantikan Teofanis Gekas di menit-menit akhir babak kedua.

Susunan Pemain

Yunani: Kyrgiakos, Vyntra, Papastathopoulos/Samaras, Torosidis, Papadopoulos; Tziolis, Katsouranis, Karagounis; Salpingidis, Gekas/Ninis.

Nigeria: Enyeama, Odiah, Shittu, Yobo, Taiwo/Echiejile/Afolabi; Etuhu, Haruna, Kaita; Yakubu, Odemwingie/Obasi, Uche.
READ MORE - Nigeria Pulang Kandang Lebih Awal?

Meksiko Taklukkan Prancis

Friday, June 18, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA



Hanya ada nestapa bagi Prancis di stadion Peter Mokaba, Polokwane. Tampil miskin kreasi, Les Bleus dilibas Meksiko 2-0 pada laga lanjutan Grup A Piala Dunia 2010. Kekalahan tersebut praktis memperkecil peluang Prancis lolos ke babak 16 besar.

Raymond Domenech memulihkan posisi Florent Malouda di tim inti. Pemain Chelsea itu menggantikan posisi Yoann Gourcuff dalam formasi 4-2-3-1. Sebagai striker tunggal, Domenech masih mempercayakan Nicolas Anelka.

Meksiko tak banyak melakukan perubahan susunan tim inti seperti laga perdana. Guillermo Franco menjadi penyerang utama didampingi dua pemain muda, Giovani dos Santos dan Carlos Vela, di sektor sayap. Berbeda ketika Gerardo Torrado mengapteni tim pada laga pembuka, kini ban kapten melingkar di lengan Rafael Marquez.

Tendangan Dos Santos menghantam tiang pada menit ketiga, tapi itu terjadi setelah sang pemain terperangkap off-side. Setidaknya, agresivitas yang ditunjukkan Meksiko pada awal laga memberikan sinyal positif terhadap jalannya pertandingan.

Pada menit kedelapan, Vela menyia-nyiakan umpan lambung Marquez. Lolos hingga kotak penalti Prancis, Vela menendang bola jauh ke atas mistar gawang Hugo Lloris.

Meksiko mengandalkan kecepatan mereka untuk menekan Prancis. Setelah saling bertukar peluang, El Tri memperoleh kesempatan membuka kedudukan pada menit ke-27. Carlos Salcido berhasil menembus sektor kanan pertahanan Prancis dan melepaskan tendangan keras yang dipatahkan Lloris. William Gallas hanya menyaksikan aksi tersebut tanpa berupaya mencegah pergerakan Salcido.

Lima menit berselang, Meksiko terpaksa kehilangan Vela yang menderita masalah di bagian kaki. Tak dapat melanjutkan pertandingan, Vela digantikan dengan Pablo Barrera.

Baru sebentar menginjakkan kaki, pemain berusia 22 tahun itu nyaris menjebol gawang Lloris. Umpan Dos Santos dari sayap kiri sama-sama disambut Lloris dan Barrera. Tangan Lloris lebih cepat menjangkau, tapi bola pantulan mengenai kepala Barrera. Untungnya, arah bola tidak menuju ke dalam gawang.

Ketika Prancis masih berupaya mencari cara membongkar pertahanan, para pemain Meksiko dapat beberapa kali melepaskan tendangan ke arah gawang Lloris. Namun, pertandingan babak pertama harus berakhir tanpa gol.

Sesaat sebelum turun minum, Jeremy Toulalan mendapat kartu kuning akibat menahan serangan balik yang dilancarkan Franco. Artinya, Toulalan harus absen pada laga terakhir Prancis melawan tuan rumah Afrika Selatan karena akumulasi kartu.

Nasib serupa dialami gelandang Meksiko Efrain Juarez yang membalas gasakan Malouda dengan dorongan. Juarez dipastikan absen ketika Meksiko menghadapi Uruguay. Sebelumnya, Prancis menarik keluar Anelka yang melempem sepanjang pertandingan dan menggantikannya dengan Andre-Pierre Gignac.

Ancaman pertama babak ini datang ketika Malouda melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti. Tapi, dengan cermat, kiper Oscar Perez menghalaunya jadi tendangan penjuru.

Butuh tenaga serang ekstra, Javier Aguirre memainkan Javier Hernadez, yang masuk menggantikan Juarez. Langkah tersebut disusul dengan masuknya penyerang gaek Cuauhtemoc Blanco untuk mengisi posisi Franco. Lengkap sudah jatah pergantian yang dimiliki Meksiko dalam pertandingan ini.

Strategi itu berhasil. Menit 64, dalam skema serupa seperti peluang awal Meksiko di awal pertandingan, Marquez memberikan umpan lambung terobosan ke arah Hernandez. Gallas mencoba mengaktifkan perangkap off-side, tapi asisten wasit tak mengibarkan bendera. Terlepas sendirian, Hernandez dengan tenang mengecoh Lloris dan menciptakan gol pembuka untuk El Tri.

Di bangku cadangan Prancis, Domenech mulai ketar-ketir. Mathieu Valbuena dipanggil dan kemudian masuk lapangan menggantikan Sidney Govou. Tapi, Prancis tetap loyo dan miskin peluang.

Bencana kembali datang buat Prancis pada menit ke-78. Pergerakan Barrera disambut gasakan terlambat dari Eric Abidal. Kesalahan fatal pemain yang dipasang Domenech sebagai bek tengah Prancis itu berbuah hukuman penalti.

Blanco maju sebagai eksekutor. Tanpa kesalahan, pemain berusia 37 tahun ini melesakkan bola ke kanan bawah gawang Lloris. Meksiko 2, Prancis 0.

Penalti tersebut menjadi yang kesembilan bagi Meksiko sepanjang sejarah partisipasi di Piala Dunia. Kali terakhir Meksiko memperoleh penalti adalah saat melawan Kroasia pada 2002.

Pertahanan Meksiko kian kompak menjaga keunggulan dua gol mereka. Tiga menit tambahan waktu yang diberikan wasit tetap tak dapat digunakan Prancis untuk mengancam gawang Perez. Kedudukan bertahan 2-0 bertahan hingga akhir. Untuk kali pertama, Meksiko berhasil meraih kemenangan atas salah satu tim juara dunia di Piala Dunia.

Meksiko pun berpeluang besar melangkah ke babak selanjutnya. Pada pertandingan terakhir Grup A, baik Meksiko maupun calon lawannya, Uruguay, tinggal butuh bermain seri untuk melaju ke babak 16 besar.

Selain dituntut mengalahkan tuan rumah Afrika Selatan, juara dunia 1998 Prancis hanya bisa berharap kedua rival ini tidak menjalankan konspirasi menyingkirkan mereka.

Susunan pemain:
Prancis Lloris; Abidal, Gallas, Sagna, Evra; Toulalan, Diaby, Malouda, Ribery; Govou / Valbuena (69'), Anelka / Gignac (46').
Meksiko Perez; Marquez, Rodriguez, Salcido, Moreno; Torrado Juarez / Hernandez (55'), Osorio; Dos Santos, Vela / Barrera (32'), Franco / Blanco (62'). ***

Sumber: id.sports.yahoo.com
READ MORE - Meksiko Taklukkan Prancis

Brasil Taklukkan Korea Utara dengan Susah-Payah

Wednesday, June 16, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA

Brasil harus bersusah payah terlebih dahulu hingga babak kedua untuk mendapatkan kemenangannya melawan Korea Utara. Tampil di Stadion Ellis Park, Johannesburg, Rabu (16/6) dinihari WIB, Selecao akhirnya berhasil menutup laga perdananya di penyisihan grup G dengan kemenangan 2-1.

Di babak pertama, Brasil yang lebih diunggulkan di atas kertas ternyata mendapatkan perlawanan cukup sengit dari Korea Utara. Tim dari Asia ini memperlihatkan kegigihannya dalam bertahan maupun melakukan serangan balik yang cepat.

Sementara usaha Kaka dan Robinho yang sempat beberapa kali membuat peluang masih bisa diantisipasi dengan baik oleh para pemain bertahan Korea yang tampil sangat disiplin.

Walau terlihat mendominasi jalannya pertandingan, namun Brasil terlihat mandul untuk menuntaskan semua kesempatan yang mereka dapatkan. Hingga turun minum, para pemain bintang Brasil tetap tidak bisa mencetak gol ke gawang Myong-Guk Ri.

Penantian Brasil tersebut baru bisa tercapai setelah pertandingan berjalan 55 menit. Adalah Maicon yang berhasil memecahkan kebutuntuan serangan Brasil untuk mencetak gol. Bek milik Inter Milan ini melesakkan bola ke gawang Korea lewat tendangan kerasnya dari sudut sempit.

Unggul satu gol membuat para pemain Brasil semakin agresif memberikan tekanannya kepada Korea. Beberapa ancaman sempat terjadi. Namun gol kedua Brasil baru bisa didapat lagi pada menit ke-72. Kali ini umpan dari Robinho dituntaskan dengan apik oleh Elano.

Walau telah tertinggal dua gol ternyata tidak membuat semangat pemain Korea menjadi luluh. Satu menit jelang berakhirnya waktu normal, Yun Nam JI membuat kejutan ke gawang Brasil. Pemain ini berhasil menaklukkan gawang julio Cesar setelah menerima umpan dari Jong Tae-se.

Susunan Pemain:

Brazil: Julio Cesar; Maicon, Lucio, Juan, Bastos; Gilberto Silva, Felipe Melo (Ramires '84); Elano (Elano '73), Kaka (Nilmar '78), Robinho; Luís Fabiano.

Korea Utara: Myong Guk; Jong Hyok, Jun Il, Nam Chol, Kwang Chon, Yun Nam, Tae Se, Yong Jo, In Guk (Il-Kum '80), Chol Jin, Yong Hak. ***

Sumber: goal.com
READ MORE - Brasil Taklukkan Korea Utara dengan Susah-Payah

Sepak Bola Indah Sudah Lama Punah

Tuesday, June 15, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA

Oleh Budiarto Shambazy

Belum lama ini Carlos Alberto Torres (65), kapten Brasil yang merebut gelar ”tri” (juara dunia untuk ketiga kalinya) di Meksiko 1970, bertemu Franz Beckenbauer (64). ”Saya pernah melatih. Beckenbauer sahabat saya. Suatu kali di rumahnya di Austria dia bilang, ’Carlos, kamu tahu apa masalah pelatih? Kita memaksa pemain meniru kita’. Sejak itu saya paham,” kata pencetak gol ketiga di final 1970 itu.

Gol Carlos Alberto karya seni awal yang melahirkan ”sepak bola indah” (jogo bonito atau joga bonito). Saat pertandingan nyaris usai, Italia yang menekan kehilangan bola. Lewat serangan balik bak musik orkestra, si kulit bundar mengalir indah mampir ke tujuh pemain. ”Seleção” (tim nasional) menyajikan encore yang indah lewat Carlos Alberto yang menghunjamkan tendangan mendatar menipu kiper Enrico Albertosi yang terbengong.

Saat itulah lahir salah satu fitur terpenting sepak bola indah, yakni peran bek yang aktif mendukung serangan jauh ke depan lewat kedua sayap meniru gaya Carlos Alberto. Pengaruh global bek sayap ini amat besar dan ditiru di mana-mana, mulai dari Paul Breitner dan Bertie Vogts di tim nasional Jerman Barat sampai Simson Rumahpasal atau Sutan Harhara di tim nasional PSSI.

Sayangnya, musik jogo bonito hanya terdengar sayup-sayup tahun 1970 dan 1982. Jika tahun 1970 dirigennya Carlos Alberto, tahun 1982 dirigennya Socrates yang juga kapten ”Seleção”. Mereka kecewa kepada Dunga, pelatih saat ini. Carlos Alberto malas ke Afrika Selatan, lebih suka menonton di televisi. Jika Carlos Alberto menuding Dunga melecehkan jogo bonito, Socrates menuduh Dunga ”menghina warisan budaya nasional”.

Apa pun alasannya, mereka mestinya paham bahwa menciptakan jogo bonito bukan membalik telapak tangan. Tim butuh lebih dari separuh pemain berbakat. Tahun 1970 ada Carlos Alberto, Pele, Gerson, Tostao, Jairzinho, dan Rivelino. Tahun 1982 ada Socrates, Zico, Eder, Toninho Cerezo, Falcao, dan dua bek sayap, Junior serta Leandro.

Mereka berbakat alam yang ditempa pelatih yang mengandalkan metode tradisional. Untuk agility, misalnya, remaja dibiasakan berlari mengejar ayam atau dipaksa tidur bersama bola. Di kota-kota pantai mereka terlatih main voli dengan kaki atau sepak bola pantai di atas pasir—alas yang jauh lebih berat dibandingkan dengan rumput.

”Kebebasan koreografis”

Syarat mutlak lainnya, jogo bonito butuh anak miskin yang punya mimpi dan harapan kolektif mengikuti jejak Pele, Zico, Romario, Bebeto, Ronaldo, atau Kaka. Kombinasi skil individu dengan kolektivitas ini yang jadi landasan. Selain itu, kata Carlos Alberto, ada faktor mistis yang sukar terjawab. Para ilmuwan menyebutnya dengan ”kebebasan koreografis” yang menoleransi pemain berimprovisasi, seperti mondar-mandir di lapangan sesuka hati tanpa perlu mendengar instruksi pelatih.

Kebebasan ini yang menciptakan fitur-fitur sepak bola indah. Selain winger back, fitur penting lainnya adalah tendangan pisang, gerakan tanpa bola (lay-off), dan memaksimalkan ruang tak terlihat (blind sides). Itu yang membuat tim 1982 asuhan Tele Santana, pelatih yang terlalu santai, menyajikan jogo bonito terbaik. Ironisnya, justru sikap ”semau guè” itu yang membuat mereka dijungkalkan Italia.

Santana kurang disiplin seperti pelatih 1970, Mario Zagallo, yang secara pas meramu kebebasan koreografis dengan disiplin militer. Itu sebabnya, tim 1970 jauh lebih metodologis dan efisien, meski tetap indah. Sebaliknya, tim 1982 jauh lebih indah walau kurang efisien. Puncak keindahan jogo bonito sampai kini terjadi ketika Socrates mencetak gol ke gawang Italia yang menang 2-3.

Zico mengontrol bola membelakangi lawan menerima throw-in dari Socrates di tengah. Ia balik badan menggiring bola melewati beberapa lawan ke kotak penalti, serta-merta menyeret perhatian lini belakang Italia yang mengeroyok dia di depan kotak penalti. Tanpa dinyana, Zico tanpa menoleh mengoper bola jauh ke ke sayap kanan yang melompong dan di situ sudah menunggu Socrates yang lari kencang. Dari sudut sempit dan tak terlihat, Socrates menaklukkan kiper Dino Zoff dengan tendangan perlahan.

Jogo bonito punah tahun 1982. Sempat ada masa transisional ketika tim 1978 diasuh Claudio Cautinho, yang mewarisi sebagian pemain Zagallo tahun 1970-1974 seperti Rivelino dan Jairzinho. Tahun 1978 itu Brasil dianggap ”juara tanpa mahkota” karena tuan rumah Argentina main mata dengan Peru di semifinal menyingkirkan Brasil yang kalah selisih gol.

Jogo bonito memang tak pernah dilestarikan dan buktinya Brasil bisa jadi juara tahun 1994 dan 2006. Penyerang berbakat banyak seperti Bebeto, Romario, atau Ronaldo. Play maker? Jumlah dan kualitasnya terbatas, seperti Dunga, Ronaldinho, atau Kaka. Tim 2010 ini pasti tak indah, miskin play maker, walau jadi salah satu favorit kuat menjadi juara keenam kalinya. Dan, Brasil masih beruntung karena tim-tim favorit kebetulan juga mengalami defisit play maker.

Meski tetap manis dikenang, jogo bonito bak harta karun yang dibuang. Denmark 1980-an bangga menyebut diri sebagai ”Brasil Eropa”, negara-negara Teluk Persia berlomba minta dijuluki ”Brasil Asia”, PSSI pernah berguru ke Brasil tahun 1970-an dan mendatangkan pelatih Joao Barbatana. Mungkin orang yang paling tak bangga cuma Dunga, yang menyia-nyiakan dua pemain amat berbakat: Neymar dan Ganso. Tiap ada Piala Dunia, sebagian orang Brasil pasti menggerutu, ”para onde vais”? Brasil, mau ke mana? ***

Sumber: Kompas
READ MORE - Sepak Bola Indah Sudah Lama Punah

Terawangan Brasil vs Korea Utara

Monday, June 14, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA



Dua kali menghadapi tim-tim Asia di Piala Dunia, Brasil selalu bisa melesakkan empat gol; mengalahkan Cina 4-0 di Piala Dunia 2002, dan mempecundangi Jepang 4-1 di Piala Dunia 2006.

Brasil tak pernah kalah di laga pembuka Piala Dunia dalam 76 tahun. Spanyol menjadi satu-satunya tim yang bisa mengalahkan Brasil di laga pembuka Piala Dunia, yaitu tahun 1934.

Namun Carlos Dunga, pelatih Brasil, tak ubahnya menghadapi sekumpulan orang misterius ketika menghadapi Korea Utara di Ellis Park. Bukan tidak mungkin laga ini menjadi mimpi buruk bagi Brasil.

Brasil kerap kesulitan menghadapi tim-tim yang bermain ultra-defensif. Sepanjang kualifikasi, Brasil tiga kali dipaksa bermain tanpa gol oleh Bolivia, Kolombia, dan Venezuela, di depan publiknya.

Dunga memperkirakan Korut, penghuni ranking terendah yang hadir di Piala Dunia 2010, akan menggunakan pendekatan sama. Terlebih, 80 persen pemain yang dibawa Korut ke Afrika Selatan berbasis di dalam negeri.

Kim Jong-hun, pelatih Korut, lebih misterius lagi. Ia tertutup bagi pers, dan tak banyak mengumbar kata. Laga pemanasan Korut juga tak banyak mendapat liputan media, sehingga Brasil harus banyak belajar dari tim-tim yang pernah menghadapinya.

Yang diketahui Dunga terbatas pada satu hal; Korut memiliki kenangan manis di Piala Dunia 1966, ketika menyingkirkan Italia, dan bermain luar biasa sebelum dikalahkan Portugal 5-3 di perempat final.

Masukan bagi Dunga datang dari Gerardo Martino, pelatih Paraguay. Menurut Martino, Korut adalah yang mampu bertahan dengan sangat baik, sangat cepat melakukan serangan balik, dan menyulitkan lawan di semua lini.

Sven-Goran Eriksson, pelatih Pantai Gading, punya kesan sama. Menurutnya, terlalu sedikit orang tahu tentang Korut, tapi mampu bermain dengan baik. Korut, lanjut Eriksson, memiliki sekumpulan pemain tak kenal lelah.

Hasil laga persahabatan Korut memang tidak mengesankan, tapi itu bukan alasan bagi Brasil untuk meremehkannya. Berbeda dengan Korut, hasil laga persahabatan Brasil sangat mengesankan, tapi tidak ada jaminan Tim Samba bisa menduplikasinya di laga pertama Grup G.

Brasil
15-10-2009 Brasil 0 - 0 Venezuela
15-11-2009 Brasil 1 - 0 Inggris
17-11-2009 Oman 0 - 2 Brasil
03-03-2010 Irlandia 0 - 2 Brasil
02-06-2010 Zimbabwe 0 - 3 Brazil

Korea Utara
18-03-2010 Meksiko 2 - 1 Korea Utara
22-04-2010 Afsel 0 - 0 Korea Utara
15-05-2010 Paraguay 1 - 0 Korea Utara
26-05-2010 Yunani 2 - 2 Korea Utara
06-06-2010 Nigeria 3 - 1 Korea Utara


Situasi Brasil

Julio Cesar kembali ke bawah mistar, setelah absen dalam laga persahabatan melawan Tanzania akibat cedera punggung. Satu-satunya yang membuat pening pelatih Carlos Dunga adalah memilih antara Elano dan Ramires.

Elano lebih berpengalaman. Ramirez punya bakat, dan berpotensi bersinar sejak laga pertama. Dunga tidak ingin ambil risiko dengan meninggalkan Elano. Ia menjadikannya sebagai starter. Ramires akan diberi kesempatan beberapa menit di babak kedua.

Prakiraan Susunan Pemain (4-4-2): Julio Cesar, Maicon, Lucio, Juan, Michel Bastos, Felipe Melo, Gilberto Silva, Elano, Kaka, Robinho, Luis Fabiano.


Situasi Korea Utara

Pelatih Kim Jong-hun hanya akan kehilangan Kim Yong-jun, yang terkena larangan berlaga. Ia tidak terlalu gundah, karena Korut sama sekali tidak kehilangan kekuatan. An Yong-hak dan Jong Tae-se akan menjadi tumpuan negeri Stalinist terakhir di muka bumi.

Korut relatif hanya mengandalkan kekuatan mental, dan motivasi mengikuti jejak saudara mereka; Korsel, yang meraih kemenangan pertama. Serta memori 1966. Pilihan bagi Korut adalah meladeni kelebihan teknik Brasil dengan pendekatan fisik.

Prakiraan Susunan Pemain (4-4-2): Ri Myong-guk, Ri Kwang-chon, Nam Song-chol, Pak Chol-jin, Ri Jun-il, Ji Yun-nam, Mun In-guk, An Yong-hak, Pak Nam-chol, Hong Yong-jo, Jong Tae-se.


Pemain Layak Diamati

Luis Fabiano: Memang sulit menyebut siapa pemain Brasil layak diamati dalam laga ini. Namun Luis Fabiano berpeluang mengawali upayanya meraih Golden Boot, dengan mengemas dua atau tiga gol pada laga perdana.

Jong Tae-Se: Publik Semenanjung Korea, bahkan seluruh Asia, menyebutnya Asian Rooney. Ia telah membuktikan kualitasnya ketika dua kali membobol gawang Yunani, dan sekali ke gawang Nigeria. Jika lini belakang Brasil mengabaikannya, Jong Tae-se akan menambah koleksi golnya.


Prediksi

Laga ini bukan tidak mungkin menjadi World Cup's all-time shock bagi Brasil. Namun, siapa berani memprediksi Brasil akan tersungkur. Castrol World predictor memperkirakan peluang Brasil memenangkan laga mencapai 80 persen, meski Korut akan bermain ultradefensif.

Brasil 4-0 Korut.

Sumber: goal.com
READ MORE - Terawangan Brasil vs Korea Utara

Jerman Segarkan Kembali Turnamen

Monday, June 14, 2010 Diposkan oleh SAWALI TUHUSETYA

Piala Dunia kembali menemukan pamornya. Pertandingan yang berjalan menarik, dengan pemain berkelas dunia ditambah hasil akhir yang fantastis menyegarkan kembali perhelatan pesta sepakbola dunia di Afrika Selatan ini.

Ya, sukses Jerman menundukkan Australia dengan skor meyakinkan, 4-0, di Durban Stadium dinihari tadi, yang membuat dunia kembali bersorak. Pasalnya, pencinta sepakbola sebelumnya hanya disuguhi permainan di tengah lapangan dengan minim selebrasi gol.

Memang, sebelum laga antara Jerman dan Australia berlangsung, torehan gol di Piala Dunia 2010 terbilang seret, meski secara kualitas permainan tidaklah demikian.

Yang ditunjukkan kala tuan rumah Afrika Selatan membuka laga melawan Meksiko, atau ketika Yunani takluk di tangan Korea Selatan, atau pun kala Argentina menang atas Nigeria, atau Inggris saat ditahan imbang Amerika Serikat, semuanya pasti setuju permainan berjalan menarik. Hanya saja, minim gol tercipta. Bagi mereka yang menunggu terjadinya gol, performa semacam ini menjadi sedikit membosankan.

Catat saja, secara rata-rata, dari tujuh pertandingan, hanya sembilan gol tercipta, yang artinya tiap pertandingan tercipta satu gol. Untuk turnamen sebesar Piala Dunia, catatan tersebut tak bisa dibanggakan.

Namun, Jerman berhasil menyegarkan kembali pesta akbar sepakbola dunia itu dengan empat gol yang disarangkan empat pemain berbeda, masing-masing di paruh pertandingan. Jerman juga menyuguhkan permainan nan enerjik dan rancak dengan kombinasi pemain muda dan berpengalaman yang dimiliki mereka.

Tak hanya itu saja, empat pencetak gol Jerman juga menjadi barisan striker yang hanya mengisi daftar pencetak gol. Ada pun sembilan pemain yang sebelumnya sudah mengisi daftar pencetak gol merupakan pemain berposisi gelandang dan bek.

Dengan turnamen yang masih berjalan panjang, dengan sejumlah tim yang memiliki barisan penyerang yang produktif, patut ditunggu gol demi gol yang tercipta di pertandingan berikutnya. Ingat, Belanda, Brasil, Italia, Portugal, Pantai Gading, juga Spanyol, yang memiliki bomber maut nan produktif baru akan tampil dalam beberapa hari ke depan.

Memang, Piala Dunia harus menyuguhkan gol dalam jumlah banyak, karena memang di situlah salah satu tujuan digelarnya pesta akbar sepakbola ini di Afrika Selatan, untuk menghibur semuanya, bukan begitu? ***

Sumber: www.goal.com
READ MORE - Jerman Segarkan Kembali Turnamen